Middle of October

Minggu, 01 Maret 2009

99% Buka-bukaan Soal Cinta

99% Buka-bukaan Soal Cinta

Ihsan Satyanugraha


Cinta, sebuah topik yang tidak ada matinya untuk dibicarakan. Tayangan televisi bertema cinta tidak pernah sepi penonton, lagu-lagu percintaan disukai jutaan pendengar, novel-novel kisah romantis pun laku keras di pasaran. Saat ini giliran ilmu yang berbicara tentang cinta. Bercinta, mencintai, dicintai, jatuh cinta, dan sebagainya adalah sebuah perilaku. Ditinjau dan dibahas melalui ilmu psikologi, banyak yang dapat kita ketahui tentang cinta.

Pertama, segitiga cinta. Segitiga cinta dikemukakan oleh J. Strenberg. Dalam segitiga cinta, ada 3 unsur utama yang terkandung, yaitu nafsu, keintiman, dan komitmen. Nafsu merupakan daya tarik, keintiman merupakan sebuah kedekatan dan komitmen merupakan sebuah penilaian kognitif. Ketiga unsur tersebut ada dalam setiap cinta seseorang, tetapi derajatnya berbeda-beda. Bentuk cinta yang paling umum adalah persahabatan, cinta romantis dan cinta karib. Persahabatan adalah suatu bentuk hubungan dekat yang melibatkan kesenangan, penerimaan, kepercayaan, hormat, memahami, saling menolong dan mendukung, serta spontanitas kepada sahabat. Sahabat biasanya tidak banyak. Satu sahabat dalam hidup adalah cukup, dua adalah banyak, dan tiga hampir tidak mungkin. Sahabat tidak datang tiba-tiba, ia datang seiring berjalannya waktu. Cinta romantis adalah salah satu cinta yang dapat membius dan membuat seseorang gelap mata hingga bertindak jauh atas nama cinta. Sedangkan cinta karib adalah cinta yang sering ditemukan pada pasangan yang telah bertahun-tahun menjalani pernikahan.

Kedua, jika berbicara tentang cinta, pasti kita akan pula berbicara tentang jodoh. Jodoh itu tidak akan kemana-mana, karena jelas ia ada di sekitar kita. Intinya hanya, untuk bisa sukses dalam menjalin hubungan dengan seseorang, yang harus kita lakukan adalah menjadi dekat dan akrab dengannya. Jadi, kedekatan dan keakraban sangat berpengaruh dalam menjalin sebuah hubungan. Emosi positif pun lebih memudahkan kita untuk menjalin relasi dengan orang lain.

Ketiga, detail penampilan seseorang yang dapat diamati bisa menimbulkan perasaan suka atau tidak suka. Selain detail penampilan, perilaku kita juga bisa menjadi penyebab munculnya penilaian menarik atau tidak menarik dari orang lain. Demi tujuan meningkatkan daya tarik, tidak ada salahnya kita merubah penampilan. Cinta berawal dari mata, tetapi perlahan akan turun ke hati.

Keempat, ambang mutlak cinta. Ambang mutlak cinta adalah besar stimulus minimal yang diperlukan oleh indra untuk mengetahui adanya rangsangan atau tidak. Ambang mutlak ini berbeda antara 1 individu dengan individu lainnya. Dalam hal kegagalan cinta, mungkin kita harus terlebih dahulu mencari tahu. ”Apa hal-hal yang dapat membuat peka perasaan cintanya?” dan ”Lantas sebesar apa stimulus yang akan diberikan?” Dengan memahami konsep ambang mutlak, kita bisa tahu bahwa tidak selamanya hubungan kita dengan sesorang berjalan mulus. Pasti ada rintangan dan konflik yang mengganggu.

Kelima, kita akan berbicara tentang cinta monyet. Cinta ini biasa terjadi pada anak-anak yang masih di bawah umur. Kejadian anak-anak kecil pacaran itu merupakan sebuah penyimpangan. Hasil pengajaran lingkungan yang diserap anak melalui proses peniruan. Anak-anak yang genius pun bahkan tidak menutup kemungkinan sudah bisa mencapai pemahaman akan pacaran orang dewasa. Jadi, langkah tegasnya adalah tegur anak, perintahkan anak untuk tidak berpacaran dengan disertai pemberian pengertian agar mudah dipahami dan ditaati.

Yang paling terakhir, cinta sesama jenis. Sering disebut dengan homoseksual, yaitu perilaku seksual antar sesama jenis. Homoseksual dan heteroseksual saling berhubungan. Homoseksual merupakan perilaku abnormal. Tetapi, bagi sebagian negara, contohnya Amerika, Kanada, dan Belanda, homoseksual dapat di normalkan. Sebenarnya, apa penyebab homoseksual? Berbagai penelitian pun dilakukan. Salah satu penyebabnya adalah peran seks. Peran seks menunjuk pada keyakinan seseorang mengenai bagaimana semestinya ia berperilaku, maskulin atau feminin tergantung jenis kelaminnya. Jadi, jika seorang anak telah terbiasa dengan perilaku feminin, pada akhirnya akan membentuk peran seks sebagai perempuan, walaupun ia adalah seorang lelaki tulen. Homoseks pun beresiko. Resiko bagi kehidupan sosial dan psikis, serta resiko bagi kesehatan. Seorang homoseks, paling mungkin menerima sikap negatif dari masyarakat, bahkan dari orang tua atau teman-temannya sendiri. Sering diperlakukan diskriminatif, di caci maki, prestasi belajar menurun bahkan kabur dari rumah. Resiko bagi kesehatan adalah dapat terserang virus HIV AIDS.

Itu semua adalah sebagian dari banyaknya ilmu-ilmu pengetahuan tentang cinta. Namun, masih banyak hal yang luput dan belum dapat diterangkan secara ilmiah. Tetapi, justru disinilah tugas kita untuk melanjutkan langkah para peneliti yang terdahulu. Semoga mitos-mitos tentang cinta dapat segera terpecahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar